ArizMaulanaAzhar(2009) Pelaksanaan Program Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. (Studi pada desa Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya. ArizalFathoni (2009) Peranan faktor ekonomi dalam penyususnan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur.
- Siwalan merupakan satu di antara Kecamatan yang ada di Kabupaten Pekalongan. Kecamatan Siwalan berjarak sekitar 19 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Sementara pusat pemerintahan daerah ini berada di Desa Siwalan. Wilayah Siwalan termasuk dataran rendah. Daerah yang dilalui jalur pantura ini memiliki ketinggian rata-rata 9 meter di atas permukaan laut. Batas-batas Utara Laut Jawa Timur Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wiradesa Selatan Kecamatan Sragi dan Kecamatan Bojong Barat Kabupaten Pemalang Baca Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan PendudukKecamatan Siwalan memiliki penduduk sejumlah jiwa. Rinciannya, merupakan penduudk laki-laki. Sementara jumlah penduduk perempuan lebih banyak, yakni jiwa. Jumlah tersebut tersebar dalam 13 desa. Dalam wilayah 13 desa itu, terbagi dalam 60 dusun, 97 RW, dan 270 RT. Baca Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten PekalonganFasilitas PendidikanBerikut ini data fasilitas pen Siwalan( bahasa Jawa: ꦱꦶꦮꦭꦤ꧀, translit. Siwalan) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 19 km dari ibu kota Kabupaten Pekalongan ke arah utara. Pusat pemerintahannya berada di Desa Siwalan. Kecamatan ini sangat strategis karena dilalui jalan nasional Pantura.
Pekalongan - Seorang wanita lansia asal Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang menghilang selama sekitar dua bulan ditemukan warga di pinggir hutan wilayah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Begini kondisi nenek 73 tahun itu saat pertama kali Kesesi, Iptu Fellik Prasetyawan mengatakan nenek itu ditemukan di bibir sungai di kawasan hutan wilayah Dusun Sumampir, Desa Kesesi, Pekalongan, pada Minggu 4/6 siang. Lokasi penemuannya berjarak sekitar empat kilometer dari permukiman, hanya dapat ditempuh dengan jalan ditemukan, tubuh nenek itu tergeletak di kubangan air pinggir sungai. Tubuhnya lemas. Pakaiannya basah. Warga bersama polisi lalu mengevakuasinya ke RSUD Kesesi, Pekalongan. "Minggu sekitar jam dua siang kami mendapat laporan warga, ada nenek ditemukan di hutan dalam keadaan memprihatinkan. Kemudian indikasinya juga beberapa hari tidak makan," kata Fellik saat ditemui detikJateng di RSUD Kesesi, Rabu 7/6/2023 menjelaskan, awalnya nenek itu tidak mau dievakuasi. Dia saat itu tampak ketakutan. "Kondisinya lemas. Akhirnya kita rayu, mau dievakuasi dengan kita tandu pakai sarung, berjalan menyusuri hutan dan perbukitan," imbuh lokasi terdamparnya cukup jauh, tandu darurat dari sarung itu dipikul bergantian. "Jarak 4 km, berjalan susur bukit dan kita bergantian. Kita bawa ke mobil patroli dan langsung kita bawa ke rumah sakit," ucap nenek Amah 73 dari hutan di Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Minggu 4/6/2023. Foto dok. Polsek Kesesi, PekalonganSetiba rumah sakit, nenek itu diketahui membawa dompet berisi fotokopi KTP bertulisan nama Asma warga Kebon Jeruk, Jakarta."Dari data yang ada kita sebar ke WAG. Alhamdulillah tersambung. Senin sore kita bisa menghubungi pihak keluarga, dan membenarkan nenek Asma hilang," kata pihak keluarga belum bisa ke Pekalongan karena alasan ekonomi. Pihak kepolisian pun membantunya dengan mentransfer uang untuk ongkos dari Jakarta ke Pekalongan."Perjalanan dari Jakarta saya arahkan untuk turun di Pos Polisi Siwalan, dan minta diantar polisi yang berjaga ke Kesesi. Alhamdulillah, sampai tadi malam," jelas lokasi yang sama, anak Asmah yakni Ayu 50 mengaku sudah dua bulan kehilangan ibunya, tepatnya tiga hari sebelum di halaman selanjutnya.

PantaiDepok terdapat di sebuah desa bernama Desa Depok, Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan. 4. Pantai Wonokerto Tempat wisata di Pekalongan selanjutnya adalah Desa wisata Lolong. Desa Wisat ini dapat dikategorikan sebagai wisata adventure karena yang menjadi unggulan di Desa Wisata Lolong adalah Arung Jeram di sungai Singkarang

Siwalan, Pekalongankecamatan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah / From Wikipedia, the free encyclopedia Siwalan Jawa ꦱꦶꦮꦭꦤ꧀, translit. Siwalan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 19 km dari ibu kota Kabupaten Pekalongan ke arah utara. Pusat pemerintahannya berada di Desa Siwalan. Kecamatan ini sangat strategis karena dilalui jalan nasional Pantura. Dan desa yang paling terkenal di kecamatan ini adalah Desa Rembun. Quick facts Siwalan, Negara, Provinsi, Kabupaten, Pemerin... ▼ SiwalanKecamatanPeta lokasi Kecamatan SiwalanNegara IndonesiaProvinsiJawa TengahKabupatenPekalonganPemerintahan • CamatH. Siswoyo, • Total37,864 jiwaKode km²Desa/kelurahan13
Kegiatanini dilaksanakan di Desa Tunjungsari Kecamatan Siwalan Kab Pekalongan dengan model pendampingan layanan pashmina kepada anak-anak sekolah dasar (SD). この活動は、ペカロンガンリージェンシーのシワラン地区のトゥンジュンサリ村で、小学校 (SD)の子供たちのためのパシュミナサービス
Siwalan, Siwalan, Pekalongandesa di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah / From Wikipedia, the free encyclopedia Siwalan adalah sebuah desa yang memiliki keunikan tersendiri di kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia. Quick facts Desa Siwalan, Negara, Provinsi, Kabupaten, Ke... ▼ Desa SiwalanDesaNegara IndonesiaProvinsiJawa TengahKabupatenPekalonganKecamatanSiwalanKodepos51154Kode Luas... km²Jumlah penduduk... jiwaKepadatan... jiwa/km² AsalUsul Pekalongan Disebut Kajen, Kenapa Ya? admin. Maret 29, 2022 Maret 29, 2022. PEKALONGAN — Kajen adalah nama suatu kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai ibu kota atau pusat pemerintahan kabupaten (Pemkab). Kecamatan ini berjarak sekitar 24 km arah barat daya Kota Pekalongan. – Sampai dengan saat ini, masih muncul banyak pertanyaan, kapan sebenarnya asal-usul dari wilayah Pekalongan mulai terbentuk ? Apakah pada era kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung ? Ataukah pada saat garis pantai Pekalongan berada 20 – 30 km dari garis pantai yang sekarang ini ? Atau pula saat kondisi wilayah dan pemukiman penduduknya mulai terbentuk atau pada saat masih berupa kawasan hutan belantara yang dihuni banyak binatang liar ? “Postingan pada web ini diterbitkan sebagai jembatan pengetahuan bagi warga masyarakat Pekalongan untuk mengetahui Asal-usul Daerahnya, dan dimaksudkan untuk membantu generasi muda atau generasi mendatang mudah mendapatkan informasi sejarahnya sendiri” Sekilas Tentang Sejarah Kota Pekalongan Pada masa awal dari peradaban Hindu-Budha, wilayah Pekalongan diduga kuat pernah menjadi wilayah karakryan/kerakaian atau setingkat kerajaan vasal di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Hindu. Beberapa situs purbakala yang ditemukan di wilayah selatan Pekalongan, diantaranya di Kecamatan Petungkriyono, Lebak barang, Talun, Doro, Kajen, Karanganyar, Wonopringgo dan Kedungwuni menjadi bukti keberadaan pemukiman masyarakat yang teratur dan terstruktur. Peta Kota Pekalongan Tahun 1892 Dari hasil penelitian Reinout Willem Van Bemmelen dan Ir. Sutoto, perkembangan geomorfologi Pekalongan Kuno berada di daerah pegunungan Selatan, dimana wilayah Petungkriono dulunya sebagai pusat pemerintahan Pekalongan kuno. Menurut Reinout Willem Van Bemmelen garis pantai Pekalongan sejajar dengan Semarang dan Brebes, dengan kedalaman pantai mencapai mencapai sekitar 150 meter. Di wilayah Batang, ditemukan prasasti di desa Sojomerto, Kecamatan Reban, yang disebut dengan Dapunta Saelendra oleh Prof. Boechori disebut sebagai tokoh yang merupakan cikal-bakal dari raja-raja Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Hingga masa Kerajaan Demak, wilayah yang sekarang disebut Pekalongan belum ada namanya. Pada saat itu, Tome Pires seorang ahli obat-obatan, dari Lisbon, Pertugal, melakukan perjalanan ke sejumlah pelabuhan di Pesisir Pulau Jawa tahun 1511 – 1515. Dalam bukunya Suma Oriental, Pires selama perjalanan antara Teteguall Tegal dan Camaram Semarang tidak menyebutkan nama Pekalongan. Baca Fort Peccalongan, Benteng Tua Milik Kota Pekalongan Kemungkinan pada waktu itu memang menjadi daerah yang belum memiliki nama, hingga dilakukannya babat Alas Gambiran oleh Joko Bahu Bahurekso atas perintah Raja Mataram ke III. Pires hanya menyebut bahwa wilayah Pesisir Barat, dari Demaa hingga Locacry Losari sudah dikuasai oleh Pate Rodim atau Raden Patah putra dari Arya Damar yang menikahi putri dari Champa. Arya Damar sendiri merupakan anak dari Brawijaya V dari Majapahit. Pires juga menyebut antara Teteguall dan Camaram merupakan daerah penghasil beras, sedangkan wilayah Pekalongan dan Batang sebagian besar masih berupa hutan yaitu Alas Gambiran dan Alas Roban. Tome Piresmewartakan bahwa antara pedagang dan perkampungan di Demak telah memiliki hubungan satu sama lainnya dengan Cirebon. Sehingga berdirinya Kerajaan Cirebon dan peng-Islamannyatak lepas dari pengaruh Kerajaan Demak. Tome Pires , Suma Oriental, hal 256 – 260 Pada Abad XVI, wilayah Pekalongan dan sekitarnya merupakan daerah yang masih sedikit jumlah penduduknya, sebab sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan belantara. Sementara di wilayah lainnya seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati telah berkembang menjadi daerah penting. Wilayah Pantai Pekalongan berkembang setelah wilayah pedalaman yang terletak di daerah perbukitan yang tumbuh menjadi pedesaan yang makmur. Pada awal era Mataram, Panembahan Senopati telah membangun sebuah jalur Pantai Utara dari Plered ke arah Cirebon, melaui Temanggung, Subah, Alas Roban, Alas Gambiran, Pemalang, Tegal hingga Cirebon. Sementara Mees,dalam bukunya yang berjudul De Geschiedenis van Java jilid II, sudah menyebut adanya rute perjalanan yang ditempuh oleh para utusan VOC untuk bertemu dan beraudiensi dengan Sultan Agung di Kerto yang merupakan pusat dari Ibukota kerajaan Mataram. Dari Batavia para utusan VOC itu naik perahu dengan tujuan pelabuhan Tegal dengan melewati Cirebon. Dari sana lalu mereka naik kuda ke timur lewat Sumber, Tegal, Pemalang, Wiradesa, Pekalongan, Batang, Subah. Kemudian masuk ke pedalaman Jawa Tengah, dengan mendaki lereng Gunung Pakiswiring, Larangan, Tajem yang kemudian turun menyusuri pinggir Kali Progo lewat Jumo, Pakis, Payaman, Tidar , Sukerwe, Turen, Ariapati, Minggir dan Pingit yang letaknya sekitar dua jam perjalanan dari Kerto, Ibukota Mataram. Peta Kota Pekalongan Tahun 1912 Pada abad XVII, saat Verenigde Oost Indische Compagnie VOC berkuasa hingga pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem Pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini VOC menentukan segala kebijakan dan prioritas, sedangkan untuk penguasa pribumi ini oleh Belanda diberi gelar Regent Bupati. Berdasarkan arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia, menyebutkan pada 23 Juli 1669, Regent Pekalongan Ngabehi Kartasura telah berkirim surat pada Gubernur VOC Joan Maetsuycker. Hal ini menunjukkan bahwa di Pekalongan telah ada pemerintahan. Pada tahun 1789, Kota-kota dipesisir pulau Jawa masih merupakan padang belantara, yang menurut catatan Residen Pekalongan jumlah populasi harimau dan badak lebih banyak dari pada manusia Bergsma, 1798. Penduduknya tinggal di kampung-kampung kecil yang tersebar luas. Mereka mencari makan sebagai petani ladang dan memanfaatkan hasil-hasil hutan maupun menangkap ikan di pesisir. Petani ladang tersebut secara politis berada dibawah kekuasaan bupati Pekalongan. Mereka juga diwajibkan membayar pajak, wajib kerja dan menjadi militer dibawah perintahBupati. Boogaard, 1987, Nagtegaal, 1996, dan Pujo Sumedi Hargo Yuwono 2002. Keberhasilan VOC dalam menjalankan perdagangan membutuhkan ekspedisi yang cepat untuk pengiriman surat dan barang. Dokumen sejarah menyebutkan bahwa Gubernur Willem Baron Van Imhof, 26 Agustus 1746 membangun rute pos pertama di Jawa dengan membangun Kantor Pos di Batavia dan Semarang. Rutenya melalui Kerawang, Cirebon, dan Pekalongan. Ketiga daerah ini menjadi pos tunda, sebagai tempat ganti kuda dari kereta yang membawa kiriman pesan melalui pos. Baca juga Daftar Bangunan Bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu Pekalongan Kata Pekalongan juga sudah disebut dalam dua lukisan Johannes Rach, seorang anggota pasukan alteleri VOC asal Denmark yang datang ke Pekalongan sekitar tahun 1770. Rach menyebutkan dalam lukisannya Fort Pekalongan atau Benteng Pekalongan. Nama Pekalongan pernah tercatat dalam catatan perjalanan Gubernur Pasisir UtaraWillem Hendrik van Ossenberg tahun 1764, dalam laporannya ditulis kata Paccalongan in Tegal. Menurut Boombgaard, Residen Ossenberg mengadakan perjalanan dari Semarang menuju ke Tegal. Setelah berkunjung ke Kaliwunggu, Kendal dan Weleri. Ia lalu datang ke Batang untuk mengunjungi pabrik gula milik Kapiten Cina dari Semarang, Tan Janko. Setelah itu Ia pergi ke Pekalongan, Wiradesa dan Ulujami. ANRI, Pekalongan Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Harmen Wiliam Deandles dibangun Jalan Raya Pos atau Grote Post Weeg yang menghubungkan antara Anyer hingga Panarukan. Sesampainya di wilayah Pekalongan pada tahun 1808, Deandles kehabisan dana. Untuk tetap bisa melanjutkan pembangunan jalan hingga ke Panarukan. Daendels meminta bantuan secara paksa pada para Bupati di Pesisir Pulau Jawa. Para Bupati atau penguasa daerah dikumpulkan di Semarang dan meminta supaya para Bupati membantu pembuatan jalan ini dan apabila tidak bersedia maka akan diperangi. Dengan adanya jalan yang dibuat oleh Deandles jarak tempuh dari arah Pekalongan menuju ke Semarang mejadi lebih cepat dengan melalui Alas Roban. Peta Kota Pekalongan Tahun 2009 Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada tahun 1811 – 1819, Karesidenan Pekalongan dijadikan satu dengan Kedu. Salah satu informasi yang jarang diketahui adalah Kadipaten Wiradesa yang pada waktu itu berdiri sendiri di hapuskan dan berada di bawah Bupati Pekalongan. Berdasarkan arsip ditemukan informasi bahwa sejak tahun 1846 Residensi Pekalongan telah dibagi per desa. Pada tahun 1869 telah diterbitkan data stasistik tentang kependudukan yang dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk dari setiap desa. Dalam perkembangannya pada tahun 1892, Residensi Pekalongan dibagi menjadi beberapa distrik dan onderdistrik. Desa-desa di Pekalongan sebagian besar telah muncul secara alamiah sebelum adanya pemerintah Kabupaten Pekalongan. Desa-desa tersebut memiliki nama dengan asal-usulnya masing-masing. Hampir semua desa di Pekalongan memiliki latar belakang cerita yang sama yaitu tokoh Bahurekso dan perjuangan Mataram dalam mengusir penjajah Belanda. Legenda Pekalongan ini sangat membekas di hati masyarakat dari semua sisi hidupnya sehingga memang sangat layak apabila menjadi pusat dari cerita tutur yang mengisahkan awal dari perkembangan Pekalongan. Selain dari masa Mataram awal, masa perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro juga menjadi cerita yang menjadi asal usul dari nama-nama desa. Baca juga Kisah Bahurekso dan Babat Alas Pekalongan Untuk menjaga agar keberadaan cerita atau sejarah dari msaing-masing kelurahan yang ada di Kota Pekalongan maka ditempuhi nisiatif untuk menuliskannya dalam bentuk buku yang menggabungkan antara cerita tutur dengan sejarah yang dibuktikan dalam arsip yang tersimpan di Lembaga Kearsipan Daerah Kota Pekalongan. Buku Sejarah Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan Untuk itu sudah mendapat izin dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan untuk menampilkan informasi tersebut dan setiap minggu akhir bulan akan rutin untuk memposting tulisan mengenai Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan yang ada di Kota Pekalongan. Dengan ini, kami harap kepada seluruh sedulur-sedulur Cintapekalongan agar tetap pantau terus dan dukung kami sebagai Media Informasi & Referensi bagi Masyarakat untuk mengenal Pekalongan lebih dalam lagi. Sedulur bisa membacanya disini Edisi Khusus “Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan di Pekalongan” Salam Cinta Pekalongan Source Mengungkap Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan – KPAD Kota Pekalongan. Asalmuasal Desa Watusalam adalah dari 2 Padukuhan yaitu Dukuh Watujoyo yang terletak di Utara dann Dukuh Wonosalam yang terletak di Selatan. Watusalam diambil dari kata Watu yang diambil dari kata Watujoyo dan Salam dari Kata Wonosalam digabung jadi Watusalam yang artinya yaitu WATU berarti Batu walaupun keras tetapi banyak manfaatnya Sedangkan SALAM artinya selamat yang arti keseluruhannya - Kota Pekalongan menjadi perhatian karena fenomena air banjir yang merendam beberapa wilayah berwarna merah. Banjir terjadi di kawasan Kelurahan Jenggota Kota Pekalongan pada Sabtu 6/2/2021. Warga heran karena air banjir warna merah bari pertama kalo terjadi. Diduga kuat banjir warna merah berasal dari tumpahan bahan pewarna tersebut mucul karena banyak perajin batik di wilayah tersebut. Namun saat musim hujan seluruh kegiatan membatik diliburkan. Baca juga Sederet Cerita Warga Pekalongan Saat Terendam Banjir Berwarna Merah Kisah Joko Bau Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik yang menjadi khasanah khas Indonesia. Kota Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupatan Batang serta Kabupaten Pekalongan. Namun tak banyak yang tahu mengapa kota tersebut diberi nama Pekalongan. Dilansir dari Buku Asal Usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, nama Pekalongan berasal dari kisah Joko Bau putra Kyai Cempaluk yang dikenal sebagai pahlawan di kawasan Pekalongan. Joko Bau mengabdi kepada Sultan Agung, Raha Mataram. Ia kemudian diperintahkan untuk memboyong Putri Ratansari dari Kalisalak Batang ke Istana. Baca juga Banjir di Kota Pekalongan Berwarna Merah, 20 Kelurahan Terendam, Diduga karena Obat Batik Namun ternyata Joko Bau jatuh cinta sang putri. Saat sang raja mengetahui hal itu, Joko Bau dihukum dan diminta untuk pergi untuk mengamankan daerah pesisir yang diserang oleh bajak laut. Lalu Joko Bau bersemedi di hutan Gambiran dan melakukan topo ngalong bergelantungan seperi kelelawar atau kalong. Konon tempat Joko Bau bersemedi tersebut dikenal sebagai Kota Pekalongan. Baca juga Banjir di Pekalongan Berwarna Merah, Ternyata dari Pewarna Batik yang Sengaja Dibuang Tempat nelayan mencari ikan KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Ilustrasi nelayanSelain kisah Joko Bau, nama Pekalongan juga diyakini berasal dari kata pek dan along. Pek artinya teratas, sedangkan along atau halong berarti banyak yang kemudian membentuk kata pekalong atau yang kini dikenal dengan nama Pekalongan. Kata pekalong disematkan pada sebuah daeah yang menjadi tempat para nelayan mencari ikan dan mendapatkan hasil yang dengan itu, ada yang mengatakan jika along berasal dari kata kalong jenis kelelawar yang keluar malam hari untuk menyebut para nelayan yang mencari ikan pada malam hari. Baca juga Geger, Air Banjir di Pekalongan Berwarna Merah Perjalanan Bujangga Manik Versi lain nama Pekalongan disebutkan berasal dari kerajaan Pou-Kia-Loung yang diceritakan pada naskah kuno Sunda pada abad ke-16. Naskah tersebut adalah salah satu koleksi perpustakaan Bodlain di inggris. Dalam naskah tersebut diceritakan perjalanan orang terpelajar pertama dari Sunda yang beranam Bujangga Manik. Saat perjalanan, ia singgah di beberapa tempat di Pulau Jawa di antaranya Brebes, Pemalang, Batang, dan daerah yang kini dikenal sebagai Pekalongan. Konon Bujangga Manik menyebutkan nama daerah tersebut dengan Pekalongan yang kemudian nama tersebut digunakan hingga saat ini. Baca juga Ada Rumah Makan Gratis di Pekalongan, Buka Tiap Hari Tanpa Syarat Lokasi perdagangan laut yang srategis Antara Curug Bendo PekalonganCikal bakal Pekalongan sudah ada sejak awal abad ke-16. Saat itu wilayah Pekalongan disinggahi oleh orang-orang dari Kerajaan Demak dan Cirebon. Pada abad ke-17, secara administratif Pekalongan menjadi bagian wilayah Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung. Pada saat penyerangan ke Batavia pada tahun 1628 oleh Kerajaan Mataram, Pekalongan menjadi kantong lumbung perbekalan. Alasannya karena Pekalongan berada pada jalur pantura dan di djalur perdagangan laut yang strategis. Kala itu Pangeran Manduraredja dan Bahureksa ditunjuk sebagai panglima perang. Baca juga Waspada, Jalur Pantura Pekalongan Banyak Jalan Berlubang Tertutup Genangan Pada abad ke-18, wilayah Pekalongan sudah dipengaruhi VOC. Bahkan sejak tahun 1800-an sampai 1942, wilayah Pekalongan menjadi wilayah administratif Pemrintah Hindia Belanda dan disebut wilayah gubernemen. Setelah Proklamasi, rakyat Pekalongan berhasil merebut markas Tentara Jepang pada 3 Oktober 1945. Pada 7 Oktober 1945, Pekalongan telah bebas dari Tentara Jepang. Saat ini Pekalongan menjadi salah satu kota besar di Jawa Tengah dan memiliki wisata andalan seperti Museum batik Nasional yang memmiliki lebih dari motif kain batik. Selain itu, Pekalongan juga memiliki tempat wisata seperti Air Terjun Curug Cinde yang terletak di dalam hutan. Atau Pantai Pasir Kencana yang memiliki ombak yang tenang serta hasil laut yang melimpah. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. FotoBy @ayok_dk. Lokasi: Jalan Raya Ambunten Km.17, Desa Sema'an, Kec. Dasuk, Kab. Sumenep, Jawa Timur 69455 Map: Klik Disini HTM: Hari Biasa Gratis, Hari Libur Rp.5.000 Buka Tutup: 08.00 - 18.00 WIB Telepon: 0328 311245 Fasilitas. Tidak adanya upaya untuk meningkatkan apalagi menambah fasilitas di area wisata menjadi persoalan tersendiri bagi Pantai Slopeng.
\n\n\n asal usul desa siwalan pekalongan

1733 Paguyuban Majapahid 12 comments. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook. SEMARANG. Pura Agung Girinatha. Alamat : Jalan Sumbing No 12 Semarang. KARANGANYAR. Pura Sedeleman. Alamat : Dukuh Siwalan, Desa Munggur, Kec.

BYuyTOG.
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/304
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/119
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/158
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/224
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/272
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/55
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/395
  • 8jv7lkvwrl.pages.dev/183
  • asal usul desa siwalan pekalongan